Tidak Ada yang Abadi! City Tak Lagi Perkasa

0
Tidak Ada yang Abadi! City Tak Lagi Perkasa

Tidak Ada Dulu, Manchester City adalah raja tak terbantahkan. Kini, bayang-bayang keperkasaan itu mulai memudar IDCWIN88. Sang arsitek kemenangan, Pep Guardiola, tak lagi bisa menyembunyikan kenyataan. “Tidak ada yang abadi,” ujarnya usai timnya tersingkir dari Liga Champions.

City bertandang ke Santiago Bernabeu dalam duel hidup mati melawan Real Madrid. Malam itu, Kamis (20/2/2025) dini hari WIB, Los Blancos terlalu tangguh. Skor akhir 1-3 membuat City harus angkat koper dengan agregat 3-6. Sebuah kenyataan pahit bagi tim yang pernah menjadi simbol dominasi.

Kekalahan ini bukan sekadar kegagalan di Liga Champions, tapi juga cerminan musim yang kelabu bagi The Citizens. Pasukan Guardiola terseok-seok di berbagai kompetisi, kehilangan cengkeraman yang dulu begitu kuat di sepak bola Inggris dan Eropa.

Musim Kelabu bagi The Citizens

Musim ini bukan hanya soal kegagalan di Liga Champions. City seperti kehilangan kendali atas tahta mereka:

  • Premier League: City terseok-seok di liga domestik. Hingga pekan ke-25, mereka hanya bertengger di posisi keempat, tertinggal 17 poin dari Liverpool.
  • Piala Liga Inggris: Harapan untuk menambah koleksi trofi pupus lebih awal setelah mereka tersingkir dari Carabao Cup.
  • Performa Menurun: Jika dulu City dikenal sebagai tim dengan permainan atraktif dan dominasi penuh di lapangan, musim ini cerita berbeda. Mereka sering kehilangan momentum dalam pertandingan krusial.

Pertanyaannya kini: apakah ini hanya turbulensi sesaat, atau sinyal bahwa era kejayaan Manchester City sedang memasuki senja?

Tidak Ada Dinasti Guardiola di Ujung Tanduk?

Sejak mengambil alih City pada 2016, Guardiola membangun dinasti yang tampak tak tergoyahkan. Enam trofi Premier League, satu gelar Liga Champions, dan berbagai piala domestik lainnya menjadi bukti betapa dominannya mereka.

  • Treble winner 2022/23 menjadi puncak kejayaan, ketika City menyapu bersih Premier League, Liga Champions, dan Piala FA.
  • Total enam gelar Liga Inggris dalam satu dekade terakhir menunjukkan supremasi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
  • Dominasi taktik Guardiola yang dikenal dengan penguasaan bola dan pressing tinggi menjadi standar baru dalam sepak bola modern.

Namun, roda nasib selalu berputar. Kini, City menghadapi tantangan terbesar mereka: mempertahankan warisan kejayaan atau merelakan era mereka berakhir.

Apa yang Salah dengan Manchester City?

Dari luar, City masih terlihat sebagai tim yang kuat. Tapi di dalam, ada retakan yang semakin lebar:

  1. Ketergantungan pada Haaland – Gol-gol Erling Haaland masih deras mengalir, tapi tanpa dukungan lini tengah yang solid, dampaknya tak lagi mematikan.
  2. Cedera Pemain Kunci – Kevin De Bruyne, Rodri, dan beberapa pilar tim sempat absen, mengganggu ritme permainan.
  3. Lini Belakang yang Goyah – City yang dulu kokoh kini lebih sering kebobolan. Pergantian strategi dan kehilangan beberapa pemain kunci memperburuk keadaan.
  4. Kelelahan Mental dan Fisik – Setelah bertahun-tahun mendominasi, ada indikasi kelelahan dalam skuad. Rotasi pemain yang kurang efektif membuat performa mereka tidak stabil.
  5. Persaingan yang Semakin Ketat – Liverpool kembali ke puncak, Arsenal dan Aston Villa juga tampil lebih solid, membuat City kesulitan merebut kembali dominasi mereka.

Tidak Ada Guardiola dan City: Jalan Menuju Kebangkitan?

Guardiola bukan tipe pelatih yang menyerah begitu saja. Ia tahu, kebangkitan adalah soal strategi dan mentalitas. Ada beberapa hal yang bisa menjadi kunci:

  • Bursa transfer musim panas akan menjadi momen krusial. City butuh darah segar, terutama di lini tengah dan pertahanan.
  • Adaptasi taktik untuk tidak terlalu bergantung pada satu atau dua pemain bintang.
  • Regenerasi tim dengan memberikan kesempatan kepada pemain muda berbakat agar bisa menggantikan peran pemain senior yang mulai menurun.
  • Mentalitas juara harus dipulihkan. City perlu menemukan kembali hasrat dan determinasi yang dulu membuat mereka superior.
  • Manajemen kebugaran pemain untuk memastikan skuad tetap segar dan mampu bertahan dalam kompetisi panjang.

Era Manchester City mungkin belum berakhir. Tapi jika tidak segera berbenah, mereka bukan hanya akan kehilangan trofi—mereka akan kehilangan identitas mereka sebagai penguasa sepak bola Inggris dan Eropa.

Kini, semua mata tertuju pada Guardiola dan anak asuhnya. Apakah mereka akan bangkit dan membuktikan bahwa City masih layak diperhitungkan? Atau, kita sedang menyaksikan berakhirnya sebuah era kejayaan?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *